Rabu, 27 Oktober 2010

My Hope - "love is you" ^_

tanpa pernah kau sadari,
ketika kau tersenyum,
butiran mutiara seolah mengelilingi disekitarmu,
hingga palingkan penglihatanku.
bahagiakan setiap orang yang didekatmu.

senyummu berikan kebahagiaan,
oleh karena itu, tetaplah berikan senyum di setiap harimu,
dan jangan sesekali kau berhenti taburkan kebahagiaan dan mengganti senyum itu dengan "cemberutmu".

tersadarku,
salah satu anugerah tuhan yg diberikan untukku itu "kau"
karena bagiku kau adalah wanita terindah yg pernah ku temui.

janjiku pasti..
kan ku jaga selalu dirimu wahai wanita pujaan hati,
percayakan,
kan ku pegang erat janji suci yang pernah terlontah dariku untukmu

bagiku hanya dirimu
bersama selalu
dalam ikatan satu
sampai akhir yang tentu
bukan berakhir karena kepala batu.

....LOVE IS YOU....

Senin, 25 Oktober 2010

manusia, penguasa, dan bangsa

manusia slalu punya rasa.cita.cinta
manusia suka dia yang memikat
harta.wanita dan tahta dan semuanya yang gila
penguasa gila dapatkan semua
harta dapat membuat manusia lupa
wanita menjadikannya hamba
tahta menciptakannya kuasa
bangsa jadi tumbalnya
bangsa binasa merana karenanya
rakyat melarat sekarat ulahnya
ahklak bejat sesat akibatnya
korbankan bangsa untuk jadi penguasa
manusia dicipta untuk berusaha dan berdoa
manusia dicipta tidak untuk pesta
manusia dicipta dengan peta
manusia dicipta tidak untuk lupa
manusia lupa akan peta
penguasa lupa dirinya adalah manusia
bangsa binasa karena pesta sang penguasa
bangsa.penguasa.rakyat lupa do’a
bencana bangsa ada karena tidak ada do’a
bukan ujian untuk kesabaran
tapi siksaan untuk pelanggaran
bencana di atas pesta penguasa
rakyat menjerit sakit penguasa tertawa berpesta
damailah manusia.damailah penguasa dan damailah bangsa indonesia

29-01-10

Tak terasa tiba saatnya
Sadarkan, jika harus tuntaskan
Cepat sudah rasanya jalani semua
Sampai tak ingin tuk tinggalkan

Semua yang telah terlewati
Aksilah yang menjadi saksi
Rangkaiaan cerita sudah jalani
Mengisi hari-hari, akhiri sepi

Kini harus dilakukan
Sebuah perpisahan wajib dirayakan
Proses-proses akan dirasakan
Hingga datang Perubahan yang diharapkan

Temukan apa yang seharusnya ditemukan
Bukan rasakan yang seharusnya tak diraskan
Jalankan yang menjadi tujuan
Relakan sedikit kesenangan
Tinggalkan demi kebahagiaan
Sampai menjelang hari kemenangan

KOTA CILEGON PUNYA SEJARAH

GEGER CILEGON
Peristiwa perlawanan yang mengesankan pada awal abad 19 adalah peristiwa Geger
Cilegon, yang terjadi pada tanggal 9 Juli 1888. Peristiwa tersebut dipimpin oleh
para alim ulama. Diantaranya adalah : Haji Abdul karim, Haji Tubagus Ismail,
Haji Marjuki, dan Haji Wasid. Sepulangnya Haji Abdul Karim dari Makkah, beliau
banyak mengajarkan tarekat di kampungnya, Lempuyang. Selain itu beliau juga
menanamkan nasionalisme kepada para pemuda untuk melawan para penjajah yang
kafir.

Sementara itu KH. Wasid yang pernah belajar pada Syekh Nawawi Al Bantani
mengajarkan ilmunya di pesantrenya di Beji-Bojonegara. Bersama teman
seperjuangannya yakni : Haji Abdurrahman, Haji Akib, Haji Haris, Haji Arsyad
Thawil, Haji Arsyad Qashir dan Haji Ismail, mereka menyebarkan pokok-pokok
ajaran Islam ke masyarakat. Pada saat itu Banten sedang dihadapi bencana besar.
Setelah meletusnya Gunung Karakatau pada tahun 1883 yang merenggut 20.000 juta
jiwa lebih, disusul dengan berjangkitnya wabah penyakit hewan (1885) pada saat
itu masyarakat banyak yang percaya pada tahayul dan perdukunan. Di desa Lebak
Kelapa terdapat satu pohon besar yang sangat dipercaya oleh masyarakat memiliki
keramat. Berkali-kali H. Wasid memperingati masyarakat. Namun bagi masyarakat
yang tidak mengerti agama, fatwanya itu tidak diindahkan. H. Wasid tidak dapat
membiarkan kemusrikan berada didepan matanya. Bersama beberapa muridnya, beliau
menebang pohon besar tersebut. Kejadian inilah yang menyebabkan beliau dibawa ke
pengadilan (18 Nopember 1887), belaiu didenda 7,50 gulden. Hukuman tersebut
menyinggung rasa keagamaan dan harga diri murid-murid dan para pendukungnya.
Selain itu, penyebab terjadinya persitiwa berdarah, Geger Cilegon adalah
dihancurkannya menara langgar di desa Jombang Wetan atas perintah Asisten
Residen Goebel. Goebel menganggap menara tersebut mengganggu ketenangan
masyarakat, karena kerasnya suara. Selain itu Goebel juga melarangang Shalawat,
Tarhim dan Adzan dilakukan dengan suara yang keras. Kelakuan kompeni yang
keterlaluan membuat rakyat melakukan pemberontakan.

Pada tanggal 7 Juli 1888, diadakan pertemuan di rumahnya Haji Akhia di Jombang
Wetan. Pertemuan tersebut untuk mematangkan rencana pemberontakan. Pada
pertemuan tersebut hadir beberapa ulama dari berbagai daerah. Diantaranya adalah
: Haji Said (Jaha), Haji Sapiudin (Leuwibeureum), Haji Madani (Ciora), Haji
Halim (Cibeber), Haji Mahmud (Terate Udik), Haji Iskak (Saneja), Haji Muhammad
Arsad (Penghulu Kepala di Serang) dan Haji Tb Kusen (Penghulu Cilegon). Pada
hari Senin tanggal 9 Juli 1888 diadakan serangan umum. Dengan memekikan Takbir
para ulama dan murid-muridnya menyerbu beberapa tempat yang ada di Cilegon. Pada
peristiwa tersebut Henri Francois Dumas - juru tulis Kantor Asisten residen -
dibunuh oleh Haji Tubagus Ismail. Demikian pula Raden Purwadiningrat, Johan
Hendrik Hubert Gubbels, Mas Kramadireja dan Ulrich Bachet, mereka adalah
orang-orang yang tidak disenangi oleh masyarakat.Cilegon dapat dikuasio oleh
para pejuang "Geger Cilegon". Tak lama kemudian datang 40 orang serdadu kompeni
yang dipimpin oleh Bartlemy. Terjadi pertempuran habet antara para pejuang
dengan serdadu kompeni. hingga akhirnya pemberontakan tersebut dapat dipatahkan.
Haji Wasid dihukum gantung. Sedangkan yang lainnya dihukum buang. Diantaranya
adalah Haji Abdurrahman dan Haji Akib dibuang ke Banda. Haji Haris ke
Bukittinggi Haji Arsyad thawil ke Gorontalo, Haji Arsyad Qashir ke Buton, Haji
Ismail ke flores, selainnya dibuang ke Tondano, Ternate, Kupang, Manado, Ambon
dan lain-lain. (Semua pemimpin yang dibuang berjumlah 94 orang).

GAUNG DARI HATI SEORANG MAHASISWA

GERAKAN mahasiswa dalam sejarah perubahan peradaban dunia berkali-kali telah menorehkan tinta emasnya. Dimulai pada awal abad ke-12 dengan berdirinya Universitas Bologna di Paris. Saat itu lebih dikenal dengan semboyan ‘Gaudeamus Igtiur, Juvenes Dum Sumus” (kita bergembira, selagi masih muda). Pergerakan mahasiswa senantiasa memberikan pencerahan baru dalam setiap sikapnya tak terkecuali di Indonesia, salah satu elemen yang turut membawa negara ini merdeka ialah kaum muda (baca: mahasiswa).

Gerakan pemuda di Indonesia ini dimulai dengan Sumpah Pemuda pada tahun 1928. Namun, istilah pemuda tersebut mengalami spesialisasi dengan sebutan mahasiswa, sosok yang memiliki kadar intelektual tinggi. Hal ini sah-sah saja karena untuk mengadakan perubahan bangsa tidak cukup dengan semangat ‘muda’ dituntut juga intelektual yang mumpuni dan yang menjadikan nilai lebih mahasiswa adalah gerakan mereka relatif bebas dari berbagai intrik politik. Sebut saja kedudukan, jabatan dan bahkan kekayaan

Peran mahasiswa pada angkatan 66, 74 dan 98 telah memberikan label The Agent of Social Control. Apalagi perjuangan mereka tidak lain adalah penyalur lidah masyarakat yang tertindas pada masa rezim tertentu. Kekuatan moral yang terbangun lebih disebabkan karena mahasiswa yang selalu bergerak secara aktif. Seperti dengan turun ke jalan demi berteriak menuntut keadilan dan pembelaan terhadap hak-hak wong cilik.

Namun seiring perjalanan waktu gerakan mahasiswa akhir-akhir ini seperti kehilangan gregetnya, aksi-aksi penentangan terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah yang tidak memihak rakyat tidak lagi mampu mengundang simpati mereka. Bahkan rakyat cenderung beranggapan -- mahasiswa cuma bisa ngomong dan demo melulu. Apalagi ditemukan beberapa kasus demo bayaran. Terlebih dengan ulah mahasiswa pada saat Pilkada di beberapa daerah akhir-akhir
tahun ini. Belum lagi perilaku-perilaku negatif kian marak dibawa sebagian mahasiswa ke dalam lingkungan sekitar kampus, sehingga dengan memukul rata rakyat semakin yakin akan ‘kemunafikan’ mahasiswa.

Faktor-faktor eksternal di atas semakin kompleks dengan permasalahan internal yang dihadapi oleh hampir semua organisasi pergerakan yaitu sepinya kader baru. Kader sebagai SDM organisasi memegang peranan vital menyangkut mati hidupnya organisasi.

Hal ini disebabkan kebijakan pendidikan di Indonesia yang mulai berkiblat pada kapitalisme dan liberalisme. Pembatasan masa studi dan biaya SPP yang membumbung tinggi adalah bukti konkretnya.

Sudah saatnya para aktivis pergerakan mengubah orientasi dengan menegedepankan nuansa gerakan intelektual (intellectual movement) selain gerakan masa dalam menuntaskan cita-cita yang diawali dengan ikrar sumpah pemuda.

Secara hakiki, gerakan mahasiswa adalah gerakan intelektual—jauh dari kekerasan dan daya juang radikalisme. Mengingat, gerakan ini bermuara dari kalangan akademis kampus—cenderung mengedapankan rasionalitas dalam menyikapi perbagai permasalahan. Dalam perspektif penulis, gerakan intelektual (intellectual movement) akan terbangun di atas Trias Tradition (tiga tradisi).

Pertama, terbangun diatas tradisi diskusi (Discussion Tradition). Gerakan mahasiswa harus memperbanyak ruang diskusi—pra-pasca pergerakan. Diskusi akan membawa gerakan mahasiswa menjadi sebuah gerakan rasional dan terpercaya—ciri khas gerakan mahasiswa. Lantaran itu, elemen masyarakat secara umum akan lebih menghargai isu-isu diusung oleh gerakan mahasiswa.

Seperti dalam menurunkan demonstrasi, elemen gerakan mahaiswa harus mengkaji lebih detil—apa, mengapa, akibat dan latar belakang—kebijakan pemerintah harus ditentang. Dari kajian-kajian dalam bentuk diskusi lepas dengan mengundang para pakar dibidang-bidang berkaitan dengan agenda aksi, akan mampu melahirkan gagasan-gagasan dan analisa cemerlang.

Hari ini, Aktualisasi dan keakuratan data sangat penting bagi gerakan mahasiswa dalam mengkritisi dan bertindak. Sebagaimana kita ketahui zaman semakin maju sehingga dalam mengungkap sesuatu atau menghujam kritik harus berdasar, jelas, akurat dan terpercaya, tanpa itu sulit bagi gerakan mahasiswa dalam menyakinkan rakyat dalam menyalurkan aspirasi.

Kedua, terbangun diatas tradisi menulis (Writing Tradition). Aktivitas menulis merupakan salah satu gerbang menuju tradisi intelektual bagi gerakan mahasiswa. Sejak dulu sampai kini, tokoh dan intelektual bangsa Indonesia—bernotabene mantan tokoh aktivis pemuda dan mahasiswa, banyak melemparkan gagasan atau ide-ide cemerlang, kritikan tajam dan membangun wacana dalam bentuk tulisan.

Sebut saja nama tokoh-tokoh populer seperti, Bung Karno, Bung Hatta, M. Natsir—era pra kemerdekaan; Abdurrahman Wahid, Amien Rais, Nurcholis Madjid, Deliar Noer, Hariman Siregar, Arief Budiman—era 60 sampai 80-an; Anas Urbaningrum, Eef Saefulloh Fatah, Kamarudin, Andi Rahmat (era 90-an) dan lain-lain.

Bila kita balikkan ke pergerakan mahasiswa, mendukung dan menggalakkan melemparkan isu-isu lewat tulisan perlu perhatian serius. Karena, mewacanakan isu-isu melalui media cetak dapat dibaca oleh kalangan lebih luas—dalam artian lebih efefktif untuk menyebarkan gagasan atau wacana ke seluruh pelosok persada nusantara, bahkan sampai manca negara.

Hal ini bersinergi dengan peran mahasiswa Indonesia, meminjam istilah Michael Fremerey (1976) "Gerakan korektif", selain diorasikan melalui mimbar bebas dalam aksi demonstrasi juga dapat diwujudkan bagi tokoh-tokoh pergerakan mahasiswa dalam bentuk tulisan di Media Massa.

Lebih jauh, dalam buku Bergerak! (Peran Pers Mahasiswa dalam Penumbangan Rezim Soeharto) Satrio Arimunandar mengemukakan bahwa gerakan mahasiswa di Indonesia tak bisa lepas dari dukungan penuh media massa untuk menggapai hasil maksimum dalam perjuangan. Sebagai misal, momentum penurunan rezim Orde Lama (ORLA), gerakan mahasiswa di dukung koran mahasiswa populer "Mahasiswa Indonesia" atau ketika gerakan mahasiswa menurunkan rezim Orde Baru (ORBA) di dukung penuh Buletin Bergerak (Media Aksi Mahasiswa UI), dalam menyebarkan seputar agenda atau wacana gerakan mahasiswa. Hal ini penting, untuk membangkitkan naluri mahasiswa dalam perjuangan menumpas kezhaliman dan kebatilan.

Angin segar bagi pergerakan mahasiswa, akhir-akhir ini tulisan-tulisan tokoh-tokoh pergerakan mahasiswa (Ketua Umum Organisasi Kemahasiswaan atau Pemuda, Presiden Mahasiswa Universitas dan lain-lain) pernah menghiasi media massa, seperti Ubaidillah (Mantan Ketum PMII Cab. Ciputat) “Menuju Pemilu 2004 ” - Majalah UIN 24 pebruari 2004; Mamanto Fani (Ketua Umum KAMMI Daerah Sumbar 03-05) 'Mahasiswa Aceh Kembalilah'—24 februari 2005;

Selain itu, Yuli Widy Astono (Ketua Umum KAMMI Pusat 2005-2007) 'Nasionalisme Indonesia (Tawaran Membangun Trend Baru Gerakan Mahasiswa)'—majalah SAKSI 12 Oktober 2005; Azman Muammar (Ketua Umum BEM UI 2005-2006) 'Demokrasi Diambang Batas'—majalah SAKSI 28 September 2005; Irwan Suwandi SN (Presiden Mahasiswa UNAND) 'Orang Miskin Dilarang Sekolah'—Majalah SAKSI edisi Februari 2006; dan lain-lain.

Menyikapi tulisan-tulisan diatas, penulis berani berspekulasi bahwa tulisan-tulisan para tokoh aktivis pergerakan mahasiswa (Ketua Umum Organisasi Kemahasiswaan atau Pemuda, Presiden Mahasiswa dan lain-lain) tersebut sangat berarti dan berpengaruh bahkan bisa menjadi acuan bagi pergerakan mahasiswa Indonesia.

Ketiga, terbangun diatas tradisi membaca (Reading Tradition). Aktualisasi isu sangat penting bagi gerakan mahasiswa dalam bergerak. Begitu cepat pergeseran berita dan opini publik, memaksa kita untuk senantiasa membaca—kalau tidak akan tertinggal. Kesibukan bukan alasan tepat untuk tidak membaca, di mana atau kapan pun bisa kita luang waktu untuk membaca—antri mengambil karcis, di bus, menjelang demonstrasi dan lain-lain.

Sebuah harapan, gerakan mahasiswa juga bisa mewacanakan semacam 'Gerakan Gemar Membaca" dan disosialisasikan secara luas. Cara ini, dapat menunjukkan gerakan mahasiswa ikut membantu pemerintah dalam membuka kunci gembok kebodohan serta berperan menyelesaikan problem pendidikan Indonesia nyaris tak kunjung terselesaikan ini.

Dari berbagai permasalahan yang dihadapi dunia pergerakan, mahasiswa dengan pergerakannya perlu mengubah paradigma perjuangannya untuk tetap bisa eksis sehingga rakyat kembali menaruh kepercayaan.

Tema-tema perjuangan dan gerakan moralitas, pencerdasan kaum pinggiran, pengentasan kemiskinan serta isu-isu sosial lainnya akan lebih terasa dampak manfaatnya terhadap masyarakat kita. Jika selama ini sumbangsih pergerakan mahasiswa sebatas usulan, demo dan pengontrol maka ke depannya dituntut sebagai pelaku dan bahkan mungkin penentu.

Namun perubahan paradigma dunia pergerakan mahasiswa hendaknya tidak mengurangi fungsinya sebagai The Agent of Social Control serta motor penggerak pembaharu yang tetap peduli dan berpihak kepada masyarakat bawah karena sampai kapan pun mahasiswa dengan semangat mudanya akan tetap memegang peranan penting dalam mengontrol kebijakan-kebijakan publik agar tetap memikirkan akar rumput dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Salam perjuangan...